Posted by : Unknown Senin, 04 Februari 2013

I. ILMU PENDIDIKAN SEBAGAI ILMU PENGETAHUAN


A.     Pengertian Pendidikan
Dalam mengetahui arti pendidikan, ada dua istilah yang biasanya diginakan dalam pendidikan. Yaitu Paedagogi yang berarti pendidikan, dan paedagogia yang berarti ilmu pendidikan[1]. Tetapi, ada juga yang menjelaskan, untuk mengetahui pengertian pendidikan, ada dua istilah yang berkaitan, yaitu Paedagogie yang berarti pendidikan, dan Paedagogik yang berarti Ilmu pendidikan[2]. Tetapi, kesimpulannya pendidikan adalah yang menyelidiki, merenungkan, tentang gejala-gejala perbuatan mendidik.

Walaupun, pada dasarnya, pendidikan berasal dari kata Paedagogia (Yunani) yang bermakna pergaulan dengan anak-anak. Sedangkan Paedagogos adalah seorang pelayan (bujang) pada jaman yunani kuno yang pekerjaannya mengantar dan menjemput anak-anak dari sekolah. Paedagogos berasal dari kata paedos (anak) dan agoge (saya membimbing; memimpin)

B.      Pengertian Ilmu Pengetahuan
Menurut Dr. Sutari Barnadib, Ilmu Pengetahuan adalah suatu uraian yang lengkap dan tersusun tentang suatu obyek. Sedangkan Drs. Amir Daien Indrakusuma mengartikan, ilmu pengetahuan adalah uraian yang sistematis dan metodis tentang suatu hal atau masalah.[3]

1.      Syarat Ilmu Pengetahuan
a.       Obyek formal sendiri adalah problema–problema yang mencangkup apa, siapa, mengapa, dimana, bilamana hubungannya dengan usaha membawa anak didik kepada suatu tujuan.
b.      Metode penelitian adalah metode eksperimen yang digunakan untuk menyelidiki dalam bidang metode pengajaran, sistem pendidikan dan lain-lain
c.       Sistematika uraian adalah menggolong–golongkan problema berbagai masalah  kedalam beberapa unsur komponen dan dengan pembahasan masalah demi masalah ilmu pendidikan.[4]

2.      Objek Ilmu Pengetahuan
a.       Obyek materia adalah manusia dengan segala  kegiatannya.
b.      Obyek forma adalah kegiatan manusia dalam membimbing perkembangan manusia lain kearah tujuan tertentu[5]

C.      Pendidikan Sebagai Ilmu Pengetahuan
Dari pengertian pendidikan dan ilmu pengetahuan, maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan bagian dari ilmu pengetahuan. Karena diadakannya proses pendidikan yaitu untuk membuat seseorang menjadi dewasa, dan itulan tujuan dari proses pendidikan.




II. PENGERTIAN DAN FAKTOR-FAKTOR PENDIDIKAN

A.     Pengertian Pendidikan
Dalam mengetahui arti pendidikan, ada dua istilah yang biasanya diginakan dalam pendidikan. Yaitu Paedagogi yang berarti pendidikan, dan paedagogia yang berarti ilmu pendidikan[6]. Tetapi, ada juga yang menjelaskan, untuk mengetahui pengertian pendidikan, ada dua istilah yang berkaitan, yaitu Paedagogie yang berarti pendidikan, dan Paedagogik yang berarti Ilmu pendidikan[7]. Tetapi, kesimpulannya pendidikan adalah yang menyelidiki, merenungkan, tentang gejala-gejala perbuatan mendidik.

Walaupun, pada dasarnya, pendidikan berasal dari kata Paedagogia (Yunani) yang bermakna pergaulan dengan anak-anak. Sedangkan Paedagogos adalah seorang pelayan (bujang) pada jaman yunani kuno yang pekerjaannya mengantar dan menjemput anak-anak dari sekolah. Paedagogos berasal dari kata paedos (anak) dan agoge (saya membimbing; memimpin)

B.      Faktor-Faktor Pendidikan
1.      Faktor Tujuan
Faktor tujuan menjelaskan bahwa pendidikan adalah perbuatan mendidik merupakan perbuatan yang bertujuan[8]. Tetapi, menurut Langeveld dalam bukunya Baknopte Teoritische Pedagogik membedakan tujuan pendidikan menjadi: 1) Tujuan Umum, 2) Tujuan tidak sempurna atau tidak lengkap, 3) Tujuan Sementara, 4) Tujuan Perantara, 5) Tujuan Insidental[9]

2.      Faktor Pendidik
Pendidik adalah orang yang sudah dewasa, karena mereka harus membawa anak pada tingkat kedewasaan[10]. Pendidik dapat dibedakan menjadi dua, yaitu pendidik menurut kodrat; Orang tua dan Pendidik menurut jabatan; Guru.
3.      Faktor Anak Didik
Anak didik yaitu orang yang belum dewasa, dan masih menjadi tanggung jawab pendidik.
4.      Faktor Alat-Alat Pendidik
Untuk mencapai tujuan, perlu adanya alat-alat. Bentuk alat-alat pendidik yaitu perintah, larangan, nasihat, hukuman, dan hadiah. Yang itu semua harus ada ketika proses pendidikan. Dan dapat disimpulkan bahwa alat-alat pendidik adalah perbuatan atau situasi yang diadakan dengan sengaja untuk mencapai tujuan pendidikan[11]
5.      Faktor Alam Sekitar
Alam sekitar atau Milieu mencakup lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat[12]. Adapun faktor ini terdiri dari lingkungan fisis, lingkungan teknis, dan lingkungan sosiokultural. Maka lingkungan merupakan pembatas pendidikan[13]




III. TEORI-TEORI PENDIDIKAN

A.     Aliran-Aliran Pendidikan
1.      Nativisme
Aliran ini dipelopori oleh Schopenhauer (1788-1880) ahli pikir jerman. Dan didukung Prof. Heymans. Aliran ini berasal dari kata Natives yang berarti pembawaan. Maka aliran ini mengatakan bahwa pendidikan tidak dapat mempengaruhi perkembangan manusia, atau manusia itu tidak dapat dididik[14]. Karena yang menjadikan seseorang menjadi dewasa adalah bawaan dari diri seseorang itu sendiri.
2.      Empirisme
Aliran ini bertolak belakang dengan Nativisme. Tokohnya adalah John Locke, psikolog dan paedagoog dari bangsa Inggris. Aliran ini mengatakan bahwa manusia terlahir dengan jiwa yang masih kosong, dan diibaratkan kertas yang masih putih. Dan pendidikanlah yang menjadi coretan dalam kertas tadi. Jadi, disimpulkan bahwa, kecerdasan atau kedewasaan seseorang dipengaruhi oleh sejauh mana mereka mencari pengalaman.
3.      Konvergensi
Tokoh utamanya adalam Wiliam Stren. Aliran ini adalah penggabungan antara Nativisme dan Empirisme. Yaitu mengatakan bahwa kecerdasan atau kedewasaan seorang anak akan didapatkan selain dari faktor bawaan, juga didapatkan dari proses pengalaman. Jadi, keduanya berbanding lurus untuk mencapai kedewasaan.

B.      Teori-Teori Pendidikan
1.      Behaviorisme
Teori ini mengatakan bahwa untuk menjadi ilmu pengetahuan, psikologi harus memfokuskan perhatiannya pada sesuatu yang bisa diteliti lingkungan dan perilaku daripada fokus pada apa yang tersedia dalam individu persepsi-persepsi, pikiran-pikiran, berbagai citra, perasaan, dan sebagainya[15]
2.      Kognitivisme
Teori ini memiliki asumsi filosofis, yaitu the way in which we learn. Pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh pemikiran. Inilah yang disebut dengan filosofi Rasionalisme. Menurut aliran ini, kita belajar disebabkan oleh kemampuan kita dalam menafsirkan peristiwa/kejadian yang terjadi dalam lingkungan. Teori ini berusaha menjelaskan dalam belajar bagaimana orang-orang berfikir. Aliran ini menjelaskan juga bagaimana belajar terjadi dan menjelaskan secara alami kegiatan mental internal dalam diri kita[16]
3.      Teori Konstruktivisme
Teori ini mengatakan bahwa mengetahui bermakna mengetahui bagaimana membuat sesuatu. Ini berarti bahwa seseorang itu baru mengetahui sesuatu jika ia dapat menjelaskan unsur-unsur apa yang membangun sesuatu itu. keterkaitannya dengan pembelajaran menurut teori ini yang menjadi dasar bahwa siswa memperoleh pengetahuan adalah karena keaktifan siswa itu sendiri[17]
4.      Teori Belajar Humanistik
Pada dasarnya, teori ini memiliki tujuan belajar untuk memanusiakan manusia. Oleh karena itu, proses belajar dapat dianggap berhasil apabila si pembelajar telah memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Dengan kata lain, si pembelajar dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat-laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya[18]




IV. DASAR DAN TUJUAN PENDIDIKAN

A.     Dasar Pendidikan
1.      Dasar Pendidikan Umum
Dalam pendidikan, secara umum didasari sebuah cita-cita atau tujuan apa yang dia ingin dapatkan. Baik dari segi agama, nilai-nilai hidup, ataupun yang lainnya.  Adapun, dasar pendidikan antara lain sebagai berikut,
a.      Manusia adalah ciptaan Tuhan. Hingga memiliki tujuan memuji nama Tuhan, melaksanakan tugas dari pada-Nya.
b.      Manusia adalah insan yang memiliki kedudukan dan tugas yang sama. Hingga bertujuan melakukan tugas kemanusiaan, membangun kebahagiaan umat manusia.
c.       Manusia hidup mengelompok menurut bangsa dan negara. Tujuan, membentuk warga negara yang baik. Bertanggung jawab, menciptakan masyarakat adil dan makmur.
d.      Manusia hidup bermasyarakat. Tujuan, menjadi anggota masyarakat yang baik.
e.      Manusia adalah makhluk moral. Tujuan, hidup sehat jasmani dan rohani[19].

2.      Dasar Pendidikan Indonesia
Adapun, dasar pendidikan di Indonesia adalam pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Karena dalam UUD 1945 dijelaskan bahwa tujuan Negara Indonesia salah satunya adalah mencerdaskan kehidupan bangsa.

B.      Tujuan Pendidikan
Pada dasarnya Pendidikan mempunyai tujuan yakni pendewasaan. Tetapi, dapat dibebedakan tujuan pendidikan sebagai berikut,
1.      Tujuan Umum (tujuan yang umum atau total). Yaitu kedewasaan anak didik.
2.      Tujuan khusus (pengkhususan tujuan umum), yaitu kedewasaan anak didik yang didapatkan dari kita melihat pembawaan ank itu sendiri, lingkungan keluarga, tujuan anak didik tersebut, diri anak didik, tugas lembaga pendidikan, tugas bangsa dan umat manusia.
3.      Tujuan tak Lengkap (masih terpisah-pisah), yaitu berkaitan dengan kepribadian manusa dari satu aspek saja, berhubungan dengan nilai-nilai hidup tertentu. Misal, kesusilaan, keagamaanm keindahan, kemasyarakatan, pengetahuan, dsb.
4.      Tujuan Sementara, yaitu titik-titik perhatian sementara yang dijadikan persiapan untuk menuju pada tujuan umum.
5.      Tujuan Insidental adalah tujuan yang terpisah dari tujuan umum, tetapi terkadang mengambil bagian dalam menuju ke tujuan umum. Tujuan ini bisa muncul tiba-tiba, sesuai kondisi. Atau dengan kata lain kondisional.
6.      Tujuan Intermedier yaitu tujuan yang berkaitan dengan penguasaan sesuatu pengetahuan atau keterampilan demi tercapai tujuan sementara. Misal, anak belajar membaca dsb[20].


V. ASPEK-ASPEK PENDIDIKAN

A.     Aspek Pendidikan Agama
Aspek ini mempunyai dasar bahwa manusia merupakan homoreligious, oleh karena itu, mempunyai tujuan membentuk manusia yang beragama atau berkepribadian religious. Adapun pembentukan manusia beragama ini mencakup pembentukan kesadaran, sikap mental positif, dan perbuatan religious.
B.      Aspek Pendidikan Moral atau Kesusilaan
Aspek ini didasari bahwa manusia sebagai makhluk ethis atau beretika, oleh karena itu, bertujuan membentuk manusia susila. Adapun pembentukan sikap moral mencakup terbentuknya sikap positif terhadap keindahan dan dapat menciptakan keindahan.
C.      Aspek Pendidikan Kesenian
Didasari bahwa manusia sebagai makhluk estetis. Bertujuan membentuk manusia estetis. Adapun pembentukan sikap estetis mencakup dapat menikmati keindahan, sikap positif terhadap keindahan, dan dapat menciptakan keindahan.
D.     Aspek Pendidikan Sosial
Didasari oleh manusia sebagai makhluk sosial (homohomoni socious). Karena itu, bertujuan membentuk anak menjadi manusia sosial.
E.      Aspek Pendidikan Kewarganegaraan
Didasari manusia sebagai zoon politicon, sadar politik, sadar sebagai warganegara. Tujuan, membentuk manusia menjadi insan politik (tahu hak dan kewajiban) sebagai warga negara.
F.       Aspek Pendidikan Kecerdasan
Didasari manusia sebagai homo sapiens. Tujuan, membentuk manusia cerdas atau tajam otaknya dan sikap jiwa ilmiyah (scientific attitude).
G.     Aspek Pendidikan Vak atau Keterampilan
Didasari manusia sebagai makhluk yang memiliki kemampuan tangan untuk menciptakan sesuatu. Bertujuan, mewujudkan keseimbangan antara head, heart, dan hand.
H.     Aspek Pendidikan Jasmani
Didasari manusia sebagai makhluk biologi (mens sana in corporesano). Tujuan, membina atau memperkembangkan fisik supaya sehat dan kuat.

VI. LEMBAGA PENDIDIKAN

Lembaga pendidikan adalah suatu badan tempat berlangsungnya proses pendidikan[21].  Adapun lembaga pendidikan terbagi menjadi tiga, yaitu:
A.     Lembaga Pendidikan Formal
1.      Sekolah
Lembaga pendidikan dikatakan formal karena diadakan di sekolah/tempat tertentu, teratur sistematis, mempunyai jenjang, dan dalam kurun waktu tertentu, serta berlangsung mulai dari TK sampai Perguruan Tinggi, berdasarkan aturan resmi yang telah ditetapkan. Pada umumnya, lembaga pendidikan formal adalah tempat yang paling memungkinkan seseorang meningkatkan pengetahuan, dan paling mudah umtuk membina generasi muda yang dilaksanakan oleh pemerintah dan masyarakat. Sekolah adalah lembaga dengan organisasi yang tersusun rapi dan segala aktivitasnya direncanakan dengan sengaja yang disebut kurikulum.
2.      Jenjang lembaga pendidikan formal
Berawal dari Pendidikan Dasar, yang terdiri dari TK dan SD. Dilanjutkan ke Pendidikan Menengah (Sekolah Menengah Tingkat Pertama dan Sekolah Menengah tingkat atas), dan ketika sudah dijalankan semua barulah pada jenjang terakhir yakni Pendidikan Tinggi.
3.      Jenis Lembaga Pendidikan Formal
Terbagi dalam dua jenis, yakni Umum (SMA, SMP, SD, TK) dan Kejuruan (SMK, STM, SMEA, MA, MTs, MI, RA). Yang kesemuanya itu nantinya akan menuju Pendidikan Tinggi.
4.       Tujuan pengadaan pendidikan Formal
a.      Tempat sumber Ilmu Pengetahuan
b.      Tempat untuk mengembangkan bangsa.
c.       Tempat untuk menguatkan masyarakat bahwa pendidikan itu penting guna bekal kehidupan di masyarakat sehingga siap pakai.

B.      Lembaga Pendidikan Non Formal
Lembaga pendidikan non formal sering disebut pendidikan luar sekolah (PLS) ialah semua bentuk pendidikan yang diselenggarakan dengan sengaja, tertib, dan berencana diluar kegiatan persekolahan. Komponen-komponen pendidikan harus disediakan sesuai dengan keadaan anak didik agar hasilnya memuaskan. Adapun komponen tersebut meliputi,
a.      Guru atau tenaga pengajar atau pembimbing atau tutor.
b.      Fasilitas
c.       Cara menyampaikan atau metoda
d.      Waktu yang dipergunakan

Bidang pendidikan Non Formal
Menurut surat keputusan menteri Dep. Dik.Bud. nomor: 079/O/1975 tanggal 17 April 1975, bidang pendidikan non-formal meliputi,
a.      Pendidikan Masyarakat
b.      Keolahragaan
c.       Pembinaan generasi muda.

C.      Lembaga Pendidikan In Formal
Pendidikan ini berlangsung ditengah keluarga. Namun, mungkin juga bisa terjadi diluar lingkungan keluarga atau disekitar lingkungan keluarga, seperti perusahaan, pasar, terminal, dan lain-lain yang berlangsung setiap hari tanpa ada batas waktu. Pendidikan ini tidak menggunakan pengorganisasian yang ketat dan tanpa ada batas waktu, dan tanpa adanya evaluasi[22].


VII. GURU SEBAGAI PENDIDIK
A.     Syarat-Syarat Guru yang Baik
Guru yang baik memiliki persyaratan sebagai berikut,
1.      Berizajah
2.      Sehat jasmani dan rohani
3.      Taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
4.      Bertanggung jawab
5.      Berjiwa Nasional
B.      Sikap dan Sifat Guru yang Baik
1.      Guru harus berlaku adil
2.      Harus dipercaya dan mencintai murid-muridnya
3.      Harus sabar dan rela berkorban
4.      Harus mempunyai wibawa (gezag) terhadap anak didik
5.      Guru hendaklah orang penggembira
6.      Harus bersikap baik terhadap guru lain
7.      Bersikap baik terhadap masyarakat
8.      Harus menguasai benar mata pelajarannya
9.      Harus menyukai mata pelajaran yang diberikannya
10.  Hendaklah berpengetahuan luas
C.      Ciri-Ciri Guru Profesional
1.      Menjunjung tinggi martabat kemanusiaan
2.      Menjalani persiapan profesional yang memadai
3.      Selalu berusaha menambah pengetahuannya
4.      Memiliki kode etik jabatan
5.      Memiliki keaktifan intelektual untuk menjawab permasalahan setiap adanya perubahan
6.      Selalu ingin belajar mendalami suatu bidang keahlian
7.      Memandang jabatannya sebagai karir hidup (a life career)
8.      Menjadi anggota suatu organisasi profesi (kelompok kepala sekolah, pemilik sekolah, guru mata pelajaran tertentu)[23]


[1] Drs. Fuad Ihsan, Dasar-Dasar Kependidikan, (Jakarta, Rineka Cipta, 2003) hal. 1
[2] Dr. M. Sukardjo dan Ukim Komarudin, M.Pd., Landasan Pendidikan Konsep dan Aplikasinya, (Jakarta, Rajawali Pers, 2009)
[3] Drs. H. Abu Ahmadi dan Dra. Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, (Jakarta, Rineka Cipta, 2007), hal. 79
[4] Ibid, hal. 79-82
[5] Drs. H. Bahudji, M.Ag., Ilmu Pendidikan Umum, (Metro, STAIN Jurai Siwo Metro, 2012), hal. 1
[6] Drs. Fuad Ihsan, Dasar-Dasar Kependidikan, (Jakarta, Rineka Cipta, 2003) hal. 1
[7] Dr. M. Sukardjo dan Ukim Komarudin, M.Pd., Landasan Pendidikan Konsep dan Aplikasinya, (Jakarta, Rajawali Pers, 2009)
[8] Drs. H. Bahudji, M.Ag., Ilmu Pendidikan Umum, (Metro, STAIN Jurai Siwo Metro, 2012), hal. 11
[9] Drs. Fuad Ihsan, Dasar-Dasar Kependidikan, (Jakarta, Rineka Cipta, 2003) hal. 7-8
[10] Drs. H. Bahudji, M.Ag., Ilmu Pendidikan Umum, (Metro, STAIN Jurai Siwo Metro, 2012), hal. 11
[11] Ibid, hal 12
[12] Ibid
[13] Drs. Fuad Ihsan, Dasar-Dasar Kependidikan, (Jakarta, Rineka Cipta, 2003) hal. 10
[14] Drs. H. Bahudji, M.Ag., Ilmu Pendidikan Umum, (Metro, STAIN Jurai Siwo Metro, 2012), hal. 8
[15] Dr. M. Sukardjo dan Ukim Komarudin, M.Pd., Landasan Pendidikan, (Jakarta, Rajawali Pers, 2009), h. 33
[16] Ibid, h. 50
[17] Ibid, h. 54-55
[18] Ibid, h. 56
[19] Drs. H. Abu Ahmadi dan Dra. Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, (Jakarta, Rineka Cipta, 2007), hal. 102
[20] Ibid, h. 104-105
[21] Drs. H. Bahudji, M.Ag., Ilmu Pendidikan Umum, (Metro, STAIN Jurai Siwo Metro, 2012), hal. 8

[22] Drs. H. Abu Ahmadi dan Dra. Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, (Jakarta, Rineka Cipta, 2007), hal. 162-169
[23] Drs. H. Bahudji, M.Ag., Ilmu Pendidikan Umum, (Metro, STAIN Jurai Siwo Metro, 2012), hal. 27-28

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © el Darda - Hatsune Miku - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -